Rektor IAIN Takengon Apresiasi Penyelenggaraan Perdana MQK Internasional di Indonesia

Rektor IAIN Takengon, Prof. Dr. Ridwan Nurdin, MCL memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) internasional pertama di Indonesia yang dipusatkan di Aula Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10).

Menurutnya, ajang bersejarah ini menunjukkan bahwa tradisi pesantren mampu tampil dan berbicara di panggung global. “Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga penopang utama dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan khazanah keilmuan Islam klasik. Saya percaya momentum ini akan semakin mengokohkan peran pesantren dalam menyiapkan generasi ulama yang moderat, berwawasan ekologis, serta siap menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

MQK internasional perdana ini berbarengan dengan pelaksanaan MQK Nasional ke-8 dan dihadiri Menteri Agama RI, Gubernur Sulawesi Selatan, Bupati Wajo, pejabat Kementerian Agama, hingga para rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) se-Indonesia. Hadir pula Prof. Dr. Said Agil Husin al-Munawar, mantan Menteri Agama era Presiden Megawati Soekarnoputri, yang dipercaya sebagai Ketua Dewan Hakim.

Ajang ini diikuti peserta dari 10 negara Asia Tenggara serta lebih dari 20 negara lain, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Amin Suyitno, M.Ag., menegaskan bahwa MQK tidak hanya menjadi kompetisi, melainkan juga sarana memperkuat khazanah keilmuan pesantren dalam menghadapi tantangan global.

Penyelenggaraan tahun ini semakin istimewa dengan penerapan sistem digitalisasi penuh, mulai dari registrasi peserta hingga penilaian dewan hakim. Selain lomba utama, kegiatan turut diramaikan dengan agenda lain seperti Santri Pramuka, pameran kemandirian pesantren, gerakan menanam pohon, As’adiyah Bershalawat, serta kegiatan kebudayaan dan sosial.

Dengan kemegahan penyelenggaraan serta partisipasi luas dari dunia internasional, MQK di Wajo diyakini menjadi tonggak penting dalam mengarusutamakan tradisi keilmuan pesantren ke tingkat global dan meneguhkan posisi Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia.